Patah hati mungkin dipandang sebagai gangguan psikologis biasa. Yang
membuat hari-hari akan terasa lebih lesu, kurang bergairah hingga
mengakibatkan depresi. Tapi, jangan anggap sepele perkara patah hati.
Pasalnya, hati yang hancur bisa jadi kehancuran permanen bagi kesehatan
seseorang.
Sindrom patah hati menyebabkan produksi lebih pada
kortisol tubuh--bahan kimia yang dilepaskan kelenjar adrenal di atas
ginjal untuk merespon bahaya. Dilansir
Daily Mail, peneliti meyakini zat tersebut sebagai salah satu sumber terbesar masalah kesehatan.
Selain
meningkatkan risiko depresi dan kecemasan, patah hati dapat melemahkan
pertahanan tubuh dari beragam jenis penyakit, apa saja?
Sakit Kepala
Perasaan yang tersakiti dapat memicu ketegangan di kepala yang disebut
stress headache.
Secara alami, keluhan ini biasanya dialami oleh sepertiga orang dewasa.
Tapi, stres emosional yang kuat pada mereka yang patah hati akan
berdampak pada ketegangan otot bahu dan leher, juga efek samping pusing,
mual, palpitasi, kram perut dan nyeri otot.
Rambut Rontok
Dalam
beberapa minggu kehilangan orang yang dicintai, wanita bisa kehilangan
rambut dalam jumlah yang mengkhawatirkan. Kerontokan normal adalah
30-150 helai atau sekitar 10 persen dari rambut yang tidak aktif. Namun
jika kadar kortisol meninggi akibat patah hati, kerontokan dapat
meningkat hingga 30 persen.
Flu
Patah hari
melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga individu akan rentan
terhadap pilek, flu, sakit tenggorokan dan gangguan perut. Sekali lagi,
pelakunya adalah lonjakan kortisol karena stres yang dihadapi.
Asma
Setiap
momentum berduka seperti pemakaman akan memicu asma. Ilmuwan Denmark
percaya bahwa stres karena berkabung dapat mengubah sistem kekebalan
tubuh, termasuk asma.
Tekanan Darah Tinggi
Tidak
heran mengapa tekanan darah melonjak pada minggu-minggu pertama setelah
kehilangan orang yang dicintai. Diyakini itu terjadi karena hormon
stres yang dilepaskan di dalam aliran darah, dapat menyebabkan jantung
berdetak lebih cepat dan pembuluh darah menyempit.
Nyeri Otot dan Patah Tulang
Seiring
bertambahnya usia, tubuh akan kehilangan otot dan kekuatan tulang.
Kesedihan yang mendalam dapat membuat kerugian yang lebih parah.
Kortisol dapat mengurangi pembentukan tulang dan membuat tulang lebih
rapuh.
Penyakit Jantung dan Stroke
Studi dari
Harvard University 2012 menyebutkan risiko serangan jantung 21 kali
lebih tinggi dalam jangka waktu 24 jam setelah kematian pasangan. Studi
juga menunjukkan bahwa orang yang berduka dapat membuat perubahan pada
irama jantung mereka.
Diabetes
Studi di
Denmark pada 2005, menemukan bahwa tingkat kortisol kronis akan merusak
sel-sel pankreas yang memproduksi insulin, yakni zat yang mengontrol
gula darah. Akibatnya, risiko diabetes tipe 2 akan meningkat pada mereka
yang kerap mengalami patah hati.
Kanker
Sistem
kekebalan tubuh yang menipis akan berdampak pada kurangnya perlawanan
terhadap kanker. Ini juga dipicu oleh kandungan kortisol yang tinggi
akibat patah hati. Sebuah penelitian di Swedia pada tahun 2003
menunjukkan, wanita yang kehilangan suami dua kali lebih mungkin untuk
mengidap kanker payudara daripada wanita yang tidak. (eh)
sumber