Bab 1: Musim Gugur yang Melankolis
Ji-yoon duduk di kursinya di sudut kelas, membiarkan pandangannya terlempar ke luar jendela yang terbuka. Cahaya kuning dan merah musim gugur memantul di permukaan meja dan kursi, menciptakan bayangan berwarna-warni di sekitar kelas. Di sana, ia merenung dalam keheningan, mencoba mengabaikan riuh rendah teman-temannya yang penuh semangat menyambut musim gugur.
Di pikirannya, Ji-yoon kembali ke hari-hari ketika musim gugur bukan hanya tentang warna-warni dedaunan, tetapi tentang keceriaan bersama Soo-min. Mereka sering duduk bersama di bawah pohon maple besar di halaman sekolah, bertukar cerita dan impian mereka. Ketika angin musim gugur bertiup, dedaunan yang jatuh seperti hujan emas, dan mereka tertawa bersama, merasa tak terkalahkan.
Namun, sekarang pohon maple itu terlihat sunyi, dan warna-warni musim gugur seakan-akan hilang dalam kegelapan yang mengelilingi hati Ji-yoon. Terbayang di benaknya adalah wajah Soo-min yang ceria, namun, pada saat yang sama, dia terus teringat bagaimana senyum itu tiba-tiba lenyap dari dunia mereka.
Suasana kelas yang penuh keceriaan semakin terasa menyiksa bagi Ji-yoon. Teman-temannya, tanpa sengaja, menatapnya dengan ekspresi simpati, yang membuatnya semakin ingin menghindari pandangan orang lain. Ruangan yang seharusnya penuh kehangatan dan semangat, kini terasa hampa dan sepi.
Di tengah pelajaran, Ji-yoon merasa mata air matanya mulai berdesir. Ia berusaha keras menahannya, tetapi kenangan bersama Soo-min membanjiri pikirannya seperti gelombang yang tak terbendung. Setelah pertemuan ini, ia memutuskan untuk melarikan diri dari keramaian kelas.
Berdiri di depan jendela, Ji-yoon menyaksikan dedaunan gugur berputar-putar sebelum akhirnya menyentuh tanah. Musim gugur yang indah ini seakan-akan menertawakannya, menunjukkan kontras tajam antara kehidupan yang berlanjut dan kehidupan yang terputus. Ia mengenang momen ketika Soo-min dan dia berjanji untuk tetap bersama di setiap musim gugur yang akan datang. Namun, kini janji itu hanya berbentuk kenangan yang pahit.
Bab pertama ini mengeksplorasi kesedihan Ji-yoon dengan cara yang mendalam, menciptakan panggung yang membebani emosional bagi karakter utama dan membawa pembaca lebih dalam ke dalam kehidupannya yang penuh konflik.