“Basuh
Luka Dengan Air Mata”
Tak hentinya air mata yang mengalir deras di pipi
karena cinta yang selama ini kurasakan dari
seseorang yang kusayangi
terpaksa ku harus menerima pahit getirnya
sebelum luka ini semakin dalam
dan sebelum aku kehabisan air mata untuk membasuh
luka ini.
Pelukan Hangatmu, Yang Meneduhkan Jiwaku
Tanggal
13
pada pertengahan bulan Maret 2011 kisah ini dimulai…
Dinding
Coretan Darah, 27 Februari 2015
Tra…
Part I
Tanggal
13…
Pada
hari ini merupakan pertama kalinya Gue menapak kan kaki di sebuah Kota besar
dengan segala kemegahan yang ditawari, tapi sebenarnya tujuan Gue datang ke
kota ini bukan hanya untuk menikmati fasilitas yang diberikan kota ini,
tapi ada hal yang jauh lebih penting yaitu
study. Kota yang Gue datangi ini
merupakan pusat nya pendidikan, disini banyak Universitas negeri maupun swasta
yang dapat dijadikan pilihan.
Karena ini perdana bagi Gue jauh dari
kampung halaman, akhirnya pada siang ini Gue memutuskan untuk mencari tempat
tinggal atau biasanya disebut Kost-kost an bagi mahasiswa yang ingin menetap.
Gue pun berkeliling mencari tempat kost, tak terasa hari udah mau sore, setelah
mondar mandir kesana kemari pilihan gue jatuh pada sebuah Kost yang berada di
titik central, yang posisinya di
kelilingi universitas negeri maupun swasta. Universitas yang nantinya Gue akan
coba peruntungan apakah Gue bisa lulus di antara salah satunya.
Langkah kaki Gue berhenti didepan
sebuah pagar besi berwarna putih. Tak lama kemudian Gue tersentak mendengar
sahutan dari balik pagar, “Mau nyari Sapa bang??
Cetusnya.. Lalu Gue menoleh ke arah sumber suara terlihat seorang pria yang
tidak terlalu tinggi dengan potongan rambut yang rapi dan bersuara berat, Gue
pun menjawab sahutan tersebut, dengan sedikit gugup “ehh,
ini bang, Gue mau nyari yang punya kost’an, yang punya kost’an ada bang”??
Lalu dia kembali menjawab “Ooo,
yang punya kost’an, ada bang, lagi dirumah sebelah, mari silahkan masuk, biar
saya panggilkan dulu” dia pun beranjak ke rumah
sebelah yang merupakan rumah pemilik kost.
Kondisi tempat kost tersebut terdiri dari dua
bangunan rumah, yang satunya, rumah pemilik Kost, dan yang satunya lagi hanya
dihuni oleh anak kost.
Sembari membuka pagar, Gue pun
akhirnya masuk dan menunggu diteras tempat pria yang barusan beranjak pergi
mencari pemilik kost. Tak lama kemudian dari kejauhan terlihat seorang wanita
dan pria yang makin lama makin mendekati Gue. Wanita yang berpostur tinggi,
rambut nya yang sebahu, dan kulit yang kecoklatan tersebut menebarkan senyuman
dan jika dilihat dari paras wajah dan postur tubuhnya kira – kira masih berumur
35 tahun lahh. Dengan suara yang nadanya rendah wanita tersebut berkata, “ada
perlu apa ya dek”??
Dengan sedikit gugup Gue menjawab “Gini
buk.., eh tante, perkenalkan, saya Tralexa, biasa dipanggil Tra”
sambil mengulurkan tangan kearah wanita tersebut. Dan wanita itu menjabat
tangan Gue seraya berkata “perkenalkan juga nama
saya Eka”.
“saya mau nyari
kost’an, apa kost’an tante masih ada kamar yang kosong”??
karena paras nya yang masih muda jadi Gue panggil tante aja..
“owh,
masih ada sisa satu kamar lagi, kebetulan kamar baru diisi satu orang, nihh..,
orang nya ada disebelah tante” Sambil menunjukkan
jari nya, Gue menoleh mengikuti arah jari tante Eka, berdiri seorang pria yang
barusan Gue temui tadi. Gue pun mengulurkan tangan kearah pria tersebut “Gue
Tralexa bang, panggil Gue Tra aja” pria tersebut
menjabat tangan Gue seraya mengatakan “Gue Zulkhairi,
panggil aja Zul” nada suara nya yang berat seolah-olah
membuat Gue tersentak.
“Gimana
Tra, apa kamu mau ngisi kamar nya Zul itu”??
cetus tante Eka. Zul menyambung ucapan tante Eka “Ayolah
Tra, mau aja, lagian Gue udah satu tahun ngisi kamar itu sendirian, sepi juga
rasanya” Zul merupakan mahasiswa Bp 09, setahun
diatas Gue yang Bp 10. Tanpa berpikir panjang Gue pun akhirnya menyetujui
usulan dari Zul, sekalian Gue bisa belajar banyak dari Zul yang udah satu tahun
berada di kota ini.
“Oke
deh Tante, Tra mau ngekos disini sekamar dengan Zul” karena
satu kamar nya dikenakan biaya 500 rb, Gue
pun 50:50(fifty-fifty) bayar tiap
bulan bersama Zul kepada tante Eka . Dengan ekspresi wajah Zul yang sedikit
bahagia “Asyiikkk, ada temen maen gitar nihh
Gue” cetus Zul. Karena Gue udah sepakat
mengenai biaya kost, tante Eka pun beranjak pergi seraya berkata “Tra,
kalo ada keperluan mengenai kost’an, Tanya aja sama Zul yahh”
“Oke
tante, makasih yah tan”. Jawab Gue. Gue ngangkat tangan kiri Gue sambil melihat
jam yang menunjukkan pukul 18.00
“Zul,
hari udah mulai senja, gimana kalo lu tunjukin yang mana kamarnya, sekalian Gue mau istirahat, karena besok Gue
mau mendaftar disalah satu universitas deket sini ”
“Oke
Tra, Lets Go.. cetus Zul.